Sanksi Adat Pengusiran Terhadap Pelaku Pencurian

“Analisis dan Penerapan Kaidah “Tasarafu al-Imam ‘Ala Ra’iyah Manutun Bi al-Maslahah”

Authors

  • Muhammad Zakki Hasballah Ma'had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

DOI:

https://doi.org/10.61433/alnadhair.v3i01.56

Keywords:

sanksi adat, kaidah, maslahah

Abstract

Dilihat dari satu sisi, seorang pemimpin mempunyai kebijakan untuk memutuskan satu hukum. Namun, di sisi lain banyak sekali kebijakan yang diputuskan oleh seorang pemimpin sangat memberatkan masyarakannya. Atas dasar ini, tergugah hati penulis untuk melakukan sebuah penelitian hukum mengenai sanksi adat pengusiran terhadap kasus pecurian. Apakah dibolehkan dalam syariat atau tidak. Penelitian ini tertuang dalam bentuk risalah yang berjudul “Sanksi Adat Pengusiran Terhadap Pelaku Pencurian (Analisis dan Penerapan  Tasharafu al-Imam ‘Ala Ra’iyah Manutun Bi al-Maslahah)”. Dalam Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan analisis normatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu kajian dokumentasi terhadap literatur yang berkaitan dengan kaidah ini dan hukum ta’zir dari karya-karya fuqaha’ salaf al-shalih, dan teknik analisi data yang digunakan adalah content analisis. Maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research). Dari keterangan dalam penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa kaidah Tasarafu al-Imam ‘Ala Ra’iyah Manutun Bi al-Maslahah memiliki ketentuan berupa; Dalam memutuskan satu kebijakan, seorang pemimpin harus memilih perkara yang mempunyai nilai kemaslahatan paling banyak bagi seluruh rakyatnya, serta tidak menimpulkan efek kemudharatan. Adapun hukum penerapan  sanksi adat pengusiran bagi pelaku pencurian adalah boleh jika terpenuhi beberapa ketentuan yaitu: 1. Pencuri tidak terpenuhi ketentuan yang harus dihukumi dengan hukuman had, 2. Sanksi yang diberikan tidak boleh melebihi batasan hukuman had, 3. Sanksi tersebut merupakan yang memiliki nilai kemaslahatan paling banyak serta tidak menimbulkan efek kemudharatan dalam masyarakat, 4. Sanksi tersebut merupakan keputusan dari  pemimpin atau pengganti dari pemimpin. Seandainya tidak terpenuhi ketentuan di atas maka hukum penerapan sanksi adat tersebut tidak boleh.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abu Abdurrahman Abdullah Bin Abdurrahman, Taudhih al-Ahkam Min Bulug al-Maram, Makkah: Maktabah al-Asdiy, 2003.

Abu Suja’ Ahmad Bin Husain, al-Ghayah Wa al-Taqrib, tk: ‘Alim al-Kutub, t.t.

Ahmad Bin Syekh Muhammad, Syar al-Qawaid al-Fiqhiyyah Cet. ke-2, Jld. ke-1, Damaskus: Dar al-Qalam, 1989

Ali Ahmad al-Nadwiy, al-Qawaid al-Faqhiyyah, Damaskus: Dar al-Qalam, 2020.

Ali bin Muhammad Mawaridi, al-Ahkam al-Sulthaniyyah Li al-Mawaridi, Jld. ke-1, Beirut: Dar al-Hadis, 2006.

Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah Al-Muhtaj Fi Syarhi al-Minhaj, Jld. ke-9, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2020.

Ibrahim bin Musa Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat Fi Ushul Al-Ahkam, Beirut: Dar Ibnu ‘Affan, 1997.

Jalaluddin al-Suyuti, al-Asybah Wa al-Nadzair, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2015.

Muhammad Bin Abdullah, Tasynif al-Musami’ Bi Jam’i al-Jawami’, Makkah: al-Maktabah al-Makkiyah, 1998

Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali, Al-Musthasfa Min ‘Ilmil Ushul, Kairo: al-Maktabah al-Taufiqiyyah, 2010

Muhammad Ibnu Muhammad syubah, al Hudud fi al Islam, Kairo: Ameriyyah Kuwait, Dar al-Qalam, 1990.

Muhammad Mustafa al-Zuhaili, al-Qawaid al-Fiqhiyyah Wa Tathbiqatiha Fi al-Mazahib al-Arba’ah, Damaskus: Dar al-fikri, 2006.

Muhammad Nawawi al-Bantani, Nihayah al-Zayyin, Beirut: Dar al-Fikri, t.t.

Muhammad Syihabuddin al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj Ila Syarh al-Minhaj, Beirut : Dar al-Fikri, 1984.

Muhammad Yasin Isa al-Fadaniy, al-Fawaid al-Janaiyah, Dar al-Rasyid, 1996.

Muhyiddīn Abū Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawī, Minhāj al-Thālibīn wa Umdah al-Muftīn, (Beirut: Dār al-Kutūb al-Ilmiyah, 1997), h. 123. (Font Book Antiqua 10).

Muhyiddīn Abū Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawī, Minhaj Syarah Sahih Muslim, Jld.18, Beirut: Dar Ihya al-Turast al-‘Arabiy, 2019.

Muslim Bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya al-Turast al-‘Arabiy, 2019.

Sayid al-Bakri bin Sayid Muhammad Syatta,Iannah At-Thalibin, Abu Bakar Syatta t.t.

Sayyid Muhammad ‘Amim, at-Ta’rifat al-Fiqhiyyah, Lebanon: Dar al-Kutub al ‘Ilmiyyah, 2009.

Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islamiyah, Damaskus: Dar al-Fikri, 1986.

Ahmad Wardi Muchlis, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Graifika, 2004.

A. Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Chairul Anwar, Hukum Adat Indonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Abdul Haq, dkk, Formulasi Nalar Fiqh: Telaah kaidah Konseptual, tk: Khalista, 2006.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2008.

A Djazuli, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelasaikan Masalah-Masalah Yang Praktis, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2014.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian takzir online pada https://kbbi.web.id/takzir, diakses 14 november 2022.

Downloads

Published

06/28/2024

How to Cite

Hasballah, M. Z. (2024). Sanksi Adat Pengusiran Terhadap Pelaku Pencurian: “Analisis dan Penerapan Kaidah “Tasarafu al-Imam ‘Ala Ra’iyah Manutun Bi al-Maslahah”. Jurnal Al-Nadhair, 3(01), 103–123. https://doi.org/10.61433/alnadhair.v3i01.56