Akibat Hukum Tafwidh Mahar dalam Perspektif Fiqh Syafi’iyah

Authors

  • Jazuli Abubakar Sigli Aceh

DOI:

https://doi.org/10.61433/alnadhair.v1i2.16

Abstract

Nikah tafwidh, yaitu jika akad pernikahan sahih, akan tetapi tanpa menyebutkan mahar. Penjabaran nikah tafwidh mahar dan kedudukan mahar umumnya masih simpang siur dalam lingkungan masyarakat, serta dampak yang timbul dari permasalahan tersebut. Sehingga memerlukan titik temu atau benang merah yang mampu memberi pemahaman yang akurat berdasarkan hukum Islam bermazhab Syafi’i. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian library reserch dan dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data dari catatan-catatan, transkrip, kitab-kitab turats dan buku-buku. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hukum tafwidh mahar adalah boleh namun makruh, Karena sunat hukumnya menyebutkan mahar dalam akad nikah. Meskipun ada beberapa kasus yang mewajibkan penyebutan mahar. Adapun tafwidh mahjur alaih (yang terlarang menggunakan harta) dan terhadap saghirah (perempuan yang masih kecil) tidak sah dan apabila telah berlaku tafwidh secara sahih (sah), maka akibat hukum yang timbul yaitu menurut pendapat yang kuat dengan semata-mata akad tidak mewajiblkan apapun kepada mempelai suami untuk diberikan kepada mempelai isteri. Namun apabila berlaku tafwidh yang fasid (rusak, tidak sah), maka wajib membayar mahar mitsil dengan terlaksananya akad nikah. Maka dapat dipahami dari konteks pembahasan di atas hanya dengan akad saja tidak dapat mewajibkan apapun terhadap suami bagi isteri, akan tetapi kewajiban suami untuk memberikan hartanya adalah dengan sebab suami menentukan kadar mahar atau bersenggama ataupun dengan sebab kematian. Tiga unsur itu yang menyebabkan mahar wajib diberikan kepada isteri, meskipun ketiganya itu berpunca pada akad.

Downloads

Download data is not yet available.

References

A. Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum Allah/Syariah, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2002.

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010.

Abdu Ar-Rahman al-Jaziry, al-Fiqh ’ala al-Mazabihih al-Arba’ah, Bairut: Dar al-Fikr al-‘Ilmiyyah, 1990.

Al-Fadhil Syeikh Ali Bashbaryn, Hamisy Fatawi ibn Ziad, Jeddah: Haramain, t.t.

Amiur Nuruddib dan Azhari Akmal Tarigan, HUkum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004.

Boedi Abdullah, M.Ag, Perkawinan dan Perceraian dalam Keluarga Muslim, Ed. I, Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Ibn Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj bisyarah al-minhaj, Juz IX, Bairut: Dar Kutub Ilmiah, 2015.

Ibn Hajar al-Haitamy, Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Manhaj, Bairut: Dar Kutub al-Ilmiyyah,1971.

Imam Abi Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Mawaridy al-Bashry, al-Hawi Kabir, Juz IX, Bairut: Dar Kutub Ilmiah, 2009.

Imam Abi Muhammad Husen ibn Masud ibn Muhammad ibn al-Farak al-Bagwy, al-Tahdzib fi Fiqh al-Imam al-Syafi’I Juz V, Bairut: Dar Kutub Ilmiah, 1997.

Imam Jalal ad-Din Muhammad ibn Ahmad al-Mahally, Kanzur Ragibin, Juz III, Jeddah: Haramain, t.t.

Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, tafsir jalalain, Jeddah: haramain, t.t.

Imam Umar ibn Mudhffar ibn Umar ibn al-Wardy, Mandhumah al-Bahjah al-Wardiyyah, Juz VIII, Bairut:Dar Kutub Ilmiah, 1997.

Imam Zakaria al-Anshari, Asnal Mathalib Syarh Raudh al-Thalib, juz VI, Bairut, Dar Kutub al-Ilmiah, 1971.

Imam Zakaria al-Anshari, Syarah Manhaj, Juz VI, Bairut: Dar Kutub Ilmiah, 1971.

Kaharuddin, Nilai-Nilai Filosofis Perkawinan Menurut Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.

Mahyiddin Yahya ibn Syarif Abi Zakaria an-Nawawi, Raudhah ath-Thalibin Waumdah al-Muftin, Juz VI, Bairut: Dar al-Fikri, 2010.

Muhammad ibn Isa at-Turmudzi, Siarul a’lam an-Nubala, Juz IV, Bairut: Dar Kutub Ilmiah, 2001.

Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad al-Ramly, Nihayatul Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, Mesir; Syarikah Maktabah, t.t.

Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad ibn Hamzah ar-Ramly, Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj, Juz V, Bairut: Dar Kutub Ilmiah, 2009.

Syeikh Ahmad ibn Abd al-Latihif al-Khatib, an-Nufahat, Jeddah: Haramain, t.t.

Syekh Ibrahim al-Bajury, Hasyiah al-Bajury, Juz II, Jeddah: Haramain, t.t.

Syihab al-Din Ahmad Ibn Ahmad Ibn Salamah Al-Qalyubi, Hasyiah al-Qalyubi, Jld: III, Jeddah: Haramain.

Tim DISBINTALAD, al-Qur’an Terjemahan Indonesia, Ed.X, Jakarta: Sari Agung, 2005.

Wahbah Zuhaily, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, 2011.

Downloads

Published

12/30/2022

How to Cite

Abubakar, J. (2022). Akibat Hukum Tafwidh Mahar dalam Perspektif Fiqh Syafi’iyah. Jurnal Al-Nadhair, 1(2), 119–133. https://doi.org/10.61433/alnadhair.v1i2.16

Issue

Section

Artikel